Artikel

Dengan logika pasar sederhana, dukungan infrastruktur seperti bertambahnya jumlah bioskop dan jumlah film Indonesia yang diproduksi, akan sejalan dengan pertambahan jumlah penonton. Ternyata hal itu belum berlaku untuk industri film tanah air. Tren penurunan jumlah data penonton masih terus terjadi hingga hari ini.
Cinema Lovers Community (CLC) adalah komunitas lokal yang sudah membuktikan diri tahan banting.  “Puncak” kegiatan komunitas ini adalah Festival film Purbalingga yang berlangsung setahun sekali selama bulan Mei. Festival ini juga punya program unik: Layar Tanjleb yang diadakan dari desa ke desa. Hambatan-hambatan yang dihadapi komunitas ini membuka mata para pengurusnya bahwa kegiatan “mencintai” film ternyata harus berhadapan dengan urusan sosial-politik lokal, seperti bisa dibaca dari wawancara Windu Jusuf, penulis FI dan Cinema Poetica dengan para aktivis CLC berikut.
Joe Taslim dan Ayushita terpilih sebagai pemeran utama pria dan wanita terbaik dalam Indonesian Movie Awards (IMA) 2014 yang kembali digelar pada hari Rabu malam, 14 Mei 2014, di studio 8 RCTI.
A Lady Caddy Who Never Saw A Hole In One (Lady Caddy) karya Yosep Anggi Noen mendapat Keris Pusaka Ladrang sebagai pemenang kategori Ladrang (umum-nasional) di Festival Film Solo (FFS) 2014. Sedangkan di kategori Gayaman (pelajar-nasional), film 10-11 karya Tia Liztiawati dari SMA Negeri 1 Karanggede, Boyolali yang membawa pulang Keris Pusaka Gayaman.
Film pendek Menunggu Warna (Waiting for Colors) besutan sutradara Adriyanto Dewo lolos sebagai film terbaik dalam kompetisi film pendek Europe on Screen (EoS) 2014.
Kali ini, Ia berperan sebagai tersangka Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) setelah menyuap pejabat pemerintah demi mendapatkan jatah proyek. “Saya bangga banget bisa ikut main dalam film ini. Apalagi karena bisa ikut melawan korupsi lewat film.” ujarnya.
Festival Film Purbalingga (FFP)dibuka pada Sabtu 3 Mei 2014 di Dusun Karanggedang, Desa Panusupan, Kecamatan Rembang, Purbalingga. Pembukaan tersebut sekaligus mengawali Layar Tanjleb, program unggulan FFP yang memutar film keliling desa di wilayah Banyumas Raya, serta rangkaian program lain yang akan berlangsung sampai 31 Mei 2014.
Idris Sardi memang mewarisi seluruh kemampuan musik yang dimiliki sang ayah, Mas Sardi, mulai dari penggesek biolin, komposer, hingga ke pembuat skor untuk film layar lebar.
Dokumenter pendek The Flaneurs #3 karya Aryo Danusiri meraih penghargaan Film Terbaik Kedua kategori Best SEA Shorts Festival Film ChopShots. Sedangkan film Jalanan yang disutradarai Daniel Ziv mendapat Audience Award. Penghargaan tersebut diberikan pada penutupan Festival Film ChopShots yang berlangsung Minggu, 27 April 2014 di Goethe Haus, Jakarta.
Pemain biolin senior, Idris Sardi, menghembuskan nafas terakhirnya di usia 75 tahun setelah dirawat di Rumah Sakit Meilia Cibubur Senin (28/4). Sang maestro dinyatakan kritis sejak hari Minggu (27/4), kemudian mengalami gagal pernafasan pada pukul 07.25 WIB akibat permasalahan paru-paru, serta diperparah dengan riwayat komplikasi penyakit asam lambung dan liver sejak akhir tahun lalu.