Artikel

Hingga sekitar sepuluh tahun lalu bioskop Blok M Plaza 21 sudah menjadi sangat potensial bagi film nasional. Bahkan, pernah terjadi seluruh enam layarnya memutar hanya film nasional. Namun, itu tak pernah terjadi lagi dan mayoritas film yang diputar di bioskop tersebut adalah film impor saja. Mengapa?
Penulis menyarankan Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) untuk tidak menyelenggarakan LSF Daerah DIY karena tidak relevan dengan situasi DIY saat ini.A
Ada satu perubahan yang yang kita kenal dengan reformasi, tapi korban yang berjatuhan juga banyak. Kan maunya kejadian itu tidak terulang lagi. Kalau mau ada perubahan ke arah yang bagus, ya bagus. Namun, jangan sampai ada korban.
Tumiran (Vicky Hendri Kurniawan) berhasil menjadi film terbaik kategori dokumenter panjang dalam Festival Film Dokumenter (FFD) 13 tahun ini yang berlangsung tanggal 10-13 Desember. Sementara, Akar (Amelia Hapsari) dan  Penderes dan Pengidep (Achmad Ulfi) menjadi film terbaik dari kategori film dokumenter pendek dan kategori film dokumenter pelajar.
Kalau ada tawaran lagi untuk berpartisipasi dalam film laga, saya percaya kalau saya sanggup. Dengan catatan, standarnya seperti film ini. Soalnya sejak kecil saya memang sudah menyukai genre ini. Bisa ikut bermain dalam film ini adalah mimpi yang jadi kenyataan. This is a dream come true!”
Cahaya dari Timur: Beta Maluku meraih penghargaan Piala Citra untuk film terbaik Festival Film Indonesia 2014. Piala disampaikan langsung oleh Presiden Joko Widodo pada acara puncak FFI 2014 di Palembang Square Convention Center Sabtu malam (6/12).
Dua pemenang kritik perfilman ialah jurnalis filmindonesia.or.id: Deden Ramadani lewat tulisannya Jumlah Bioskop dan Film Bertambah, Jumlah Penonton Turun dan Adrian Jonathan Pasaribu lewat artikel Keberpihakan Bioskop yang dimuat di Cinemapoetica.com. Pemenang lainnya ialah Herman Wijaya lewat tulisannya FFI, Hajat Insan Film yang Tersandera Tender Pemerintah di blog pribadi Kompasiana.
Festival Film Indonesia (FFI) 2014 hadir dengan tema “Bangga Film Indonesia”. Tema tersebut dipilih karena dinilai mampu mewakili semangat perubahan menuju iklim perfilman nasional yang lebih baik.
"Venice itu festival film yang buat saya paling sentimental." Tahun 2011 silam, ketika Sidi diundang ke Festival di Udinese, ia sempat jalan-jalan ke Venice. Hari berikutnya Sidi menerima kabar ayahnya meninggal. “Ayah adalah orang pertama yang memperkenalkan saya dengan kamera."
Untuk tahun 2014 ini, ada sepuluh naskah film yang masuk untuk Acha. Namun, ia hanya menerima lima film dengan pertimbangan cerita filmnya sekaligus waktu yang tersedia. Apa tidak bosan main di film-film cinta terus? “Nggak, sih. Saya suka sekali akting, jadi nggak bosan. Di mata saya, semua peran pasti menantang.”