Artikel

Hampir seluruh kegiatan operasional di wilayah TIM terganggu dari Rabu (23/4) sampai Jumat (25/4) kemarin karena Perusahaan Listrik Negara (PLN) memutus aliran listrik di kompleks Pusat Kesenian Jakarta itu. Penyebabnya, hutang biaya listrik Pemda DKI Jakarta yang menunggak.
Selain memutar film-film Eropa, festival film Europe on Screen (EoS) kembali hadir dan melanjutkan tradisi menyelenggarakan Kompetisi Film Pendek untuk pembuat film Indonesia. Tahun ini, ada 152 film pendek yang diterima panitia (tahun lalu mencapai 208 film) dan tim seleksi telah memilih sepuluh film sebagai finalis
Saya justru menyayangkan soal distribusi layar bioskop. Katakanlah begini, seharusnya ada kesempatan bagi film-film Indonesia untuk jadi tuan rumah. Kasih kesempatan lebih besar agar jumlah orang yang nonton juga makin banyak.
Tujuh film Indonesia berkompetisi dalam ChopShots Documentary Film Festival Southeast Asia 2014. Layu Sebelum Berkembang (Die Before Blossom) karya Ariani Djalal dan Masked Monkey: The Evolution of Darwin's Theory karya Ismail Fahmi Lubis bersaing dengan 10 film lain dalam kategori Kompetisi Internasional (International Competition).
Ini boleh disebut sebagai perwujudan watak takfiri dalam bentuk halus dan mungkin tak sengaja. Watak demikian kemungkinan besar tidak akan mampu menghasilkan keragaman film Dakwah Islam di Indonesia. Malah, bisa jadi, membunuh potensi keragaman itu.
Agaknya ‘nalar keresahan’ Hikmat ini muncul akibat infeksi virus Islamophobia yang terus ditularkan dalam mainstream media di Indonesia saat ini. Media yang terus mendengungkan Islam identik dengan kekerasan, bom, poligami, pancung,dsb. Namun keresahan ini sangat bisa dipahami, karena memang berita negatif tentang 1% muslim radikal yang selalu digembar-gemborkan media. Sedangkan 99% muslim yang cinta damai, toleran dan sangat menghargai perbedaan tidak pernah diberi kesempatan untuk bersuara.
Pemutaran film Darah dan Doa (1950) karya Usmar Ismail menutup rangkaian kegiatan Peringatan Hari Film Nasional (HFN) ke-64 yang diselenggarakan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) dan Badan Perfilman Indonesia (BPI).
Dari 6 unggulan, Pohon Penghujan karya Andra Fembiarto meraih Ali Sadikin Award sebagai film pendek terbaik pada ajang Festival Film Pendek (FFP) Jabodetabek 2014. Pada kategori Skenario Film, film Vox Populi Vox Dei (Mulyantojoyo) meraih Misbach Yusa Biran Award.
Jika sinema Indonesia semula diniatkan sebagai representasi Indonesia modern, keberadaan tandem Ismail-Djajakusuma membuktikan terdapatnya gejala-gejala kondisi pascamodern, ketika istilah itu masih jauh dari dikenal, karena modernitas di Indonesia ternyata tidak menyingkirkan, melainkan hidup bersama dengan tradisi.
Retorika "perdamaian" dalam Nalar Kekalahan yang tergambar di film ini jadinya tak lebih sebuah siasat untuk mencari bentuk-bentuk penaklukan yang paling mungkin dicapai dalam posisi sebagai korban dan kaum terpinggirkan itu. Bagi Rangga dan Hanum, penaklukan yang paling mungkin adalah dengan memenangi medan gaya hidup modern. Dengan menjadi sukses.