Dukungan

filmindonesia.or.id (FI) berterima kasih kepada rekan-rekan yang sudah berkomitmen mendukung terwujudnya pembuatan situs web ini di 2010. Tim FI sadar penuh bahwa pekerjaan dan pengembangan situs web ini tidak akan pernah selesai. Kami sangat terbuka apabila ada pihak-pihak yang tertarik bekerja sama dengan Tim FI. Bagi organisasi dan/atau individual yang ingin melakukan kerja sama dengan FI, silakan hubungi kami di katalog_fi(at)filmindonesia.or.id.

Rekan-rekan pendukung:

National Museum of Singapore

Logo National Museum of Singapore

Berumur 119 tahun, National Museum of Singapore adalah museum tertua Singapura yang memiliki jiwa muda dan inovatif. Museum ini dirancang sebagai museum masyarakat, dan National Museum of Singapore dengan bangga memperkenalkan berbagai cara unik dalam mempresentasikan sejarah untuk mendefinisi ulang pengalaman museum yang konvensional. Museum ini lebih dari sekadar ruang untuk pameran dan artefak, namun juga menyelenggarakan berbagai festival dan acara yang menantang dan segar, yang akan memunculkan peluang kreatif di bidang budaya dan warisan kesenian.

National Museum Cinematheque

National Museum Cinematheque memfokuskan diri pada presentasi film dalam konteks sejarah, estetika, dan kebudayaan, dengan penekanan pada sinema lokal dan regional. Bertempat di gedung dengan 247 tempat duduk (Gallery Theatre), National Museum Cinematheque menawarkan perspektif baru melalui rangkaian pemutaran, showcase tematik, dan retrospektif selama setahun penuh, yang menyajikan karya-karya penting dan yang belum diketahui publik dari sejarah film. Selain presentasi film, National Museum Cinematheque juga aktif mempreservasi film, terutama warisan film Asia, dan telah bekerja sama dengan lembaga arsip film regional memberi subtitle dan mengarsipkan film-film klasik yang penting. Dengan program-program yang imajinatif dan beragam, seperti Singapore Short Cuts, World Cinema Series, dan Under the Banyan Tree, National Museum Cinematheque bertujuan menciptakan budaya film yang vital dan aktif di Singapura.

Dewan Kesenian Jakarta

DKJ Logo

Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) adalah salah satu lembaga yang dibentuk oleh masyarakat seniman dan dikukuhkan oleh Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin, pada tanggal 17 Juni 1969. Tugas dan fungsi DKJ adalah sebagai mitra kerja Gubernur Kepala Daerah Propinsi DKI Jakarta untuk merumuskan kebijakan guna mendukung kegiatan dan pengembangan kehidupan kesenian di wilayah Propinsi DKI Jakarta. Pada awalnya anggota pengurus Dewan Kesenian Jakarta diangkat oleh Akademi Jakarta, yaitu para budayawan dan cendikiawan dari seluruh Indonesia. Kini dengan berjalannya waktu, pemilihan anggota DKJ dilakukan secara terbuka, melalui pembentukan tim pemilihan yang terdiri dari beberapa ahli dan pengamat seni selain anggauta Akademi Jakarta sendiri. Nama nama calon diajukan dari berbagai kalangan masyarakat maupun kelompok seni. Masa kepengurusan DKJ adalah 3 tahun.

Kebijakan pengembangan kesenian tercermin dalam bentuk program tahunan yang diajukan dengan menitikberatkan pada skala prioritas masing-masing komite. Anggota DKJ berjumlah 25 orang, terdiri dari para seniman, budayawan dan pemikir seni, yang terbagi dalam 6 komite: Komite Film, Komite Musik, Komite Sastra, Komite Seni Rupa, Komite Tari dan Komite Teater.

Jurnal Footage

Logo Jurnal Footage

Footage adalah jurnal yang diterbitkan oleh Forum Lenteng, sebuah organisasi egaliter nonprofit yang berdiri pada Juli 2003. Dalam setiap edisinya, Footage menyediakan wacana visual kontemporer, baik film maupun video. Footage menyediakan berbagai tulisan sebagai tanggapan terhadap kurangnya wacana dan kritik di media audio visual (film dan video) di Indonesia, Asia Tenggara, dan seluruh dunia. Jurnal ini diterbitkan dalam dua bahasa (Bahasa Indonesia dan Inggris) secara online dan cetak. Edisi online bisa diakses secara regular, dan edisi cetak diterbitkan setiap semester.

Persatuan Perusahaan Film Indonesia (PPFI)

Logo PPFI

Persatuan Perusahaan Film Indonesia berperan aktif dalam kegiatan perfilman, baik nasional, regional, maupun internasional. PPFI mengusulkan peraturan/undang-undang kepada eksekutif/legislatif yang dapat memberi perlindungan kepada para anggota mereka yang berusaha di bidang produksi film. PPFI juga melakukan terobosan pemasaran film-film produksi anggotanya, baik ke pasar dalam negeri maupun luar negeri. Selain itu, PPFI melakukan pendekatan kepada stasiun televisi (broadcast) agar tetap tercipta peluang atas produksi seluruh anggota PPFI.

Blitz Megaplex (sejak 2015 berubah menjadi CGV)

Logo Blitz

Blitzmegaplex adalah jaringan bioskop di Indonesia yang membuka jaringan bioskop pertamanya di Paris Van Java, Bandung. Kehadiran Blitzmegaplex menghilangkan kesan monopoli yang terjadi dalam jaringan bisnis bioskop di Indonesia karena hanya ada Bioskop 21 yang sebelumnya telah lebih dahulu sukses dalam pasar sinema di Indonesia. Setelah hadir di Bandung, Blitzmegaplex masuk ke Jakarta dengan membuka cabangnya di Grand Indonesia disusul kemudian dengan pembukaan di Pacific Place dan Mall of Indonesia. Di pertengahan tahun 2009, Blitzmegaplex membuka lagi cabang barunya di Teraskota dengan 9 layar dan studio 3D. Kemudian ditambah lagi dengan bioskop Blitzmegaplex yang terbaru di Central Park Jakarta. Blitzmegaplex telah meraih penghargaan dari MURI sebagai bioskop dengan layar terbesar di tanah air yaitu di auditorium 1 di blitzmegaplex Grand Indonesia.